SOROT BERITA | JAKARTA - Video Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan yang tengah menyantap sate sambil memegang cerutu di Bireun, Aceh, menuai sorotan di media sosial. Namun, seorang peneliti menilai, hal tersebut sesuatu yang wajar dan tidak seharusnya menjadi kontroversi.
Lutfi Nasution, salah satu peneliti di Swarna Dwipa Institute, mengatakan kehadiran Zulhas di Aceh sejatinya untuk memastikan kebutuhan pokok masyarakat terdampak bencana terpenuhi serta mendorong pemulihan pertanian.
"Pak Zulhas hadir di sana untuk memastikan masyarakat yang terdampak bencana ekologi di Aceh terpenuhi kebutuhan pokoknya, makan tersedia dan memenuhi standar gizi, serta mendorong pemulihan pertanian seluas 530 hektare sawah yang rusak," kata Lutfi melalui pesan WhatsApp, Selasa (16/12/2024).
Diketahui, video yang viral memperlihatkan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu tengah menyantap sate di Sate Tubaka Matang, kuliner legendaris di Bireun, dengan cerutu di tangan kirinya. Beredarnya video tersebut kemudian memicu reaksi beragam di media sosial.
"Pak Zulhas setelah kunjungan kan lapar, beliau juga manusia, jadi perlu makan dan makannya juga bukan di hotel mewah atau restoran mewah," jelasnya.
Mengenai cerutu yang terlihat di tangan Zulhas, aktivis 98 ini mengatakan hal tersebut merupakan kebiasaan sang menteri.
"Pak Zulhas memang terbiasa nyigar. Sama saja dengan para perokok lainnya. Bedanya, cerutu kalau tidak dihisap ya baranya mati," ujarnya.
Lutfi menjelaskan, kehadiran Zulhas di Desa Cot Ara, Kecamatan Kuta Blang, Aceh, sesuai dengan arahan Presiden Prabowo Subianto, yang menekankan pentingnya pemenuhan kebutuhan pokok para pengungsi secara menyeluruh.
Dalam kunjungannya, Zulhas juga meninjau SPPG Geulanggang Baro yang kini disulap menjadi dapur umum. Dapur umum tersebut bertugas menyiapkan 3.000 bungkus makanan, bagi pengungsi dengan kualitas sesuai standar Badan Gizi Nasional (BGN).
"Pak Zulhas makan di tempat pengungsian pun akan menjadi bahan pemberitaan negatif dan dianggap pencitraan. Bukan melihat tujuan mulia pemerintah untuk membantu rakyat yang tertimpa bencana, tapi menyoroti personal yang diduga sudah ditargetkan," jelasnya.
Ia juga mengingatkan masyarakat di Indonesia, khususnya melalui media sosial untuk tetap kritis mengawal penanggulangan dan pemulihan bencana, dari pihak yang ingin mengambil keuntungan.
"Lebih baik kita mengawal, jangan sampai anggaran bencana ini dikorupsi," pungkasnya. (***)

