FKLPID Jabar: 6,74% Warga Menganggur Meski Ada 7.600 Pabrik

28 Agt 2025 Admin
Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan dengan Industri (FKLPID) Jawa Barat berfoto bersama usai pertemuan.

SOROT BERITA | BANDUNG - Angka pengangguran terbuka di Jawa Barat masih mencapai 6,74% pada Februari 2025, padahal wilayah ini memiliki ribuan perusahaan multinasional dan nasional yang tersebar di enam kabupaten/kota kawasan industri.

Paradoks ini menjadi sorotan Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan dengan Industri (FKLPID) Jawa Barat, yang kini tengah merumuskan solusi bersama Kementerian Tenaga Kerja RI, melalui program pelatihan berbasis penempatan industri.

ADVERTISEMENT

"Di Kabupaten Bekasi saja ada sekitar 7.600 perusahaan yang tersebar di 11 kawasan industri besar seperti Jababeka, MM2100, dan EJIP, tapi tingkat pengangguran masih tinggi," ungkap Ketua FKLPID Jawa Barat, Benny Tunggul, Kamis (28/8/2025).

Industri Tidak Kenal Output Balai Latihan Kerja

Benny mengidentifikasi akar masalah utama terletak pada terputusnya mata rantai antara Balai Latihan Kerja (BLK) dengan kebutuhan industri. Kondisi ini menciptakan kesenjangan keterampilan yang sulit dijembatani.

"Kurangnya sosialisasi peran dan fungsi BLK, ditambah sarana prasarana yang tidak memadai, membuat industri tidak mengenal output dari BLK," tegas Benny.

Ia mencontohkan, dalam laporan wajib ketenagakerjaan perusahaan tercantum ketersediaan industri terhadap serapan tenaga kerja lokal, namun tidak ada kewajiban melaporkan penyerapan tenaga kerja dari BLK.

"Pertumbuhan kawasan industri tidak selaras dengan penyerapan tenaga kerja lokal. Hal ini mengindikasikan ketidaksesuaian antara ekspansi industri dengan ketersediaan lapangan kerja bagi penduduk setempat," jelasnya.

Generasi Muda Kurang Soft Skill

Permasalahan lain yang disorot Benny adalah rendahnya kualitas soft skill generasi muda, terutama lulusan SLTA dan SMK yang menjadi penyumbang terbesar angka pengangguran.

"Begitu rendahnya disiplin, daya juang, komunikasi efektif, kerja sama tim, kemampuan beradaptasi, kepemimpinan, manajemen waktu, dan etika kerja generasi muda saat memasuki dunia industri," kritik Benny.

Kondisi ini mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian dalam proses produksi karena harus melatih ulang tenaga kerja yang baru masuk.

Solusi Pelatihan Pola Boarding

FKLPID Jawa Barat akan menjalankan pilot project pelatihan tenaga kerja di lima kabupaten/kota berbasis penempatan industri dengan pendekatan baru.

"Kami akan mengoptimalkan Program Project Based Learning yang memberikan kesempatan industrial on the job training bagi peserta pelatihan," kata Benny.

Program ini menggunakan pola boarding dengan disiplin ketat untuk mengubah mindset, sikap, dan etika kerja peserta agar sesuai dengan standar industri.

"Pelatihan dilakukan dengan pola boarding dan disiplin yang ketat untuk perubahan cara berpikir, sikap, dan etika kerja peserta," tambah Benny.

Program 10.000 Wirausaha dan Inkubasi UMKM

Selain fokus pada penempatan industri, FKLPID Jawa Barat telah meluncurkan Program 10.000 Wirausaha Baru untuk menyerap lulusan perguruan tinggi dan mengembangkan UMKM di 10 kabupaten/kota.

"Industri besar harus berfungsi sebagai anchor yang membina dan menginkubasi UMKM di rantai pasok, sehingga menciptakan efek multiplier dalam penyerapan tenaga kerja," tegas Benny.

Konsep inkubasi industri besar ini diharapkan dapat menciptakan jejaring distribusi produksi yang melahirkan lapangan kerja baru dari hulu hingga hilir, mulai dari pemasok bahan baku, produsen komponen, penyedia jasa logistik, hingga distributor.

Untuk mengantisipasi tren automation dan robotik, FKLPID juga mengembangkan kerja sama dengan Unggul Daehan Training Centre guna menghasilkan teknisi robotic welding yang terampil dan tersertifikasi.

Rapat koordinasi ini dihadiri Meilani Aseaningrum selaku Sekretaris dan Ketua Ikatan Praktisi HRD Kabupaten Bekasi, serta Wahyito, HRD Manager PT Sumisho Global Logistics Indonesia. (***)